Selasa, 25 Oktober 2022
Bokasi, Produk Organik Yang Membahagiakan Petani Jagung
Oleh
Maria Angeline Wae Tuto (IRA)
Koordanator Lapangan Yakines
Tepat apa yang pernah dikatakan oleh para pujangga, “Semakin sulit jalan menuju ke suatu tempat sesungguhnya menjadi suatu kepuasan bila tempat itu dicapai.” Suatu proses yang sulit sesunguhnya menjadi kepuasan, ketika proses itu dapat dilalui. Situasi kebahagiaan batinia ini juga dirasakan oleh petani dampingan Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines)- Labuan Bajo. Salah satu di antara mereka adalah Maria Godefrida Hauman. Petani perempuan kelahiran kampung Latung pada 1976 itu adalah seorang petani jagung. Perempuan yang akrab disapa Ibu Maria adalah ketua kelmpok tani Melati. Kelompok ini adalah kelompok dampingan Yakines.
Ibu Maria tampak sangat bahagia ketika ia dimintai untuk menceritrakan proses perjuangannya dalam menerapkan pola organik untuk tanaman jagung yang ia kerjakan. Menurutnya Yakines telah berbuat hal yang tidak saja baik tapi juga indah dalam hidup dan perjuangannya. Ada hal baik yang telah didapatnya. Ada pula hal indah yang telah dinikmati dan dipelajarinya. Keindahan ini tampak dalam usaha Yakines membagikan ilmunya dengan tulus dan tanpa syarat atau bayaran. Ilmu yang paling dibanggakan oleh Ibu Maria Hauman adalah pertanian dengan pola organik. Pertanian dengan pola organik yang dikemas dan dibawa oleh Yakines dirasakan sebagai hadiah terindah yang diberikan kepada Ibu Maria dan kawan-kawannya di wilayah desa Benteng Ndope, Kecamatan Pacar, Kabupaten Manggarai Barat- Nusa Tenggara Timur. Kebahagiaan yang didapatkan Ibu Maria tidak lain adalah hasil dari perjuangannya yang dengan tekun melalui semua proses pembuatan dan penerapan sistem pertanian dengan pola organik itu.
Dengan wajah berseri Ibu Maria menjelaskan kalau sebelumnya ia dan juga kaum perempuan petani lain di desanya itu selalu dihantui rasa takut bila musim tanam tiba. Takut kalau mereka tidak kebagian pupuk kimia. Ibu Maria mengakui bahwa pupuk kimia sudah mereka gunakan sebelum pola organik ini diperkenalkan oleh Yakines. Bahkan yang terjadi adalah ada banyak petani di desa itu yang menggunakan pupuk berbahan dasar kimia namun belum tahu apa itu pupuk kimia dan apa itu pupuk organik.
Petani dampingan bersama Pendamping Lapangan sedang melakukan pembuatan bokasi organik |
Hadirnya Yakines ini telah membawa angin segar melalui berbagai macam program hingga dapat merubah kebiasaan-kebiasaan lama termasuk juga kebiasaan menggunakan pupuk kimia.
Program pertanian organik telah menjadi salah satu upaya peningkatan produktivitas usaha tani. Salah satunya adalah usaha tanaman jagung yang dimiliki oleh Ibu Maria G. Hauman yang sebelumnya sangat bergantung pada ketersediaan pupuk berbahan dasar kimia atau pupuk pabrik.
Kini Ibu Maria
dikenal sebagai petani yang berhasil mengelolah lahan kering dengan menggunakan
pupuk organik. Ia telah mendapatkan
hasil jauh lebih baik. Ada
perbedaan hasil panenan dengan sebelum menggunakan organik dan setelah
menggunakan organik. Meskipun diperhadapkan dengan kesulitan dalam mendapatkan
air namun ia tidak menyerah. Ia juga merasa bahagia karena pada saat mereka
masih menggunakan pupuk kimia tanaman jagung mereka seringkali terserang hama
walang sangit. Selain masalah hama yang sudah mulai teratasi,
penggunaan pola pertanian organik ternyata telah membantu Ibu Maria mengurangi
biaya mulai dari proses persiapan, penanaman hingga panen. Pertanian organik juga sangat membantu mereka menjaga kesehatan keluarga dan menjamin
penghasilan untuk massa depan keluarga.Bokasi organik yang dihasilkan oleh petani dampingan Yakines dari Desa Benteng Ndope kini mulai memasuki pasaran. Upaya ini didukung penuh oleh Pemenrintah desa setempat.
Berikut Ibu Maria membagikan tips membuat pestisida dan M4 organik menggunakan bahan – bahan yang tersedia di lingkungan tempat tinggalnya. Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan oleh Ibu Maria untuk membuat pestisida antara lain; raut, buah rapin, daun papaya, saong woang, peca mera, saong sensus, saong wora, Lombok, saong keroso dan air. Sedangkan peralatan yang digunakan antara lain ember matex, karung, parang dan pisau. Cara membuatnya, semua bahan yang telah siapkan itu dipotong-potong kemudian dicampur sampai merata. Selanjut dimasukan ke dalam ember matex, dan tuangkan air timbangan ke dalamnya. Untuk setiap ember matex ibu Maria menghabiskan air kurang lebih sebanyak lima puluh liter air. Bahan-bahan tersebut selanjutnya direndam dan ditutup rapat selama 21 hari. Setelah 21 hari rendaman itu sudah bisa dibuka dan digunakan pada tanaman apa saja.
Cara membuat EM4. Sama halnya dengan pestisida, Ibu Maria membuat EM4 dengan mengunakan bahan-bahan yang ada sekitar lingkungan tempat mereka tinggal antara lain; nenas, buah pisang, terasi, air cucian beras, gula pasir, batang pisang. Peralatan yang digunakan dan cara membuatnya sama seperti membuat pestida. Pestisidan dan EM4 organik yang dibuat oleh Ibu Maria sudah mulai diterapkannya di lahan muliknya.
Diakhir kisahnya itu ibu Maria menitipkan pesannya untuk warga desa Benteng Ndope, ‘’Hilangkan ego untuk meraih masa depan yang lebih baik dan sehat. Kita bangkit bersama Yakines. Kapan lagi kalau bukan sekarang. Di mana lagi kalau bukan di sini, di desa kita Benteng Ndope. Siapa lagi kalau bukan kita. Kita kaum perempuan petani.”*
Tepat apa yang pernah dikatakan oleh para pujangga, “Semakin sulit jalan menuju ke suatu tempat sesungguhnya menjadi suatu kepuasan bila tempat itu dicapai.” Suatu proses yang sulit sesunguhnya menjadi kepuasan, ketika proses itu dapat dilalui dan saat menikmati hasil dari perjuangan itu. Situasi kebahagiaan batinia ini juga dirasakan oleh petani dampingan Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines)- Labuan Bajo. Salah satu di antara mereka adalah Maria Godefrida Hauman. Petani perempuan kelahiran kampung Latung pada 1976 itu adalah seorang petani jagung. Perempuan yang akrab disapa Ibu Maria adalah ketua kelmpok tani Melati. Kelmpok ini adalah kelompok dampingan Yakines.
Ibu Maria tampak sangat bahagia ketika ia dimintai untuk menceritrakan proses perjuangannya dalam menerapkan pola organik untuk tanaman jagung yang dimiliknya. Menurutnya Yakines telah berbuat hal yang tidak saja baik tapi juga indah dalam hidup dan perjuangannya. Ada hal baik yang telah didapatnya. Ada pula hal indah yang telah dinikmati dan dipelajarinya. Keindahan ini tampak dalam usaha Yakines membagikan ilmunya dengan tulus dan tanpa syarat atau bayaran. Ilmu yang paling dibanggakan oleh Ibu Maria Hauman adalah pertanian dengan pola organik. Pertanian dengan pola organik yang dikemas dan dibawa oleh Yakines dirasakan sebagai hadiah terindah yang diberikan kepada Ibu Maria dan kawan-kawannya di wilayah desa Benteng Ndope, Kecamatan Pacar, Kabupaten Manggarai Barat- Nusa Tenggara Timur. Kebahagiaan yang didapatkan Ibu Maria tidak lain adalah hasil dari perjuangannya yang dengan tekun melalui semua proses pembuatan dan penerapan sistem pertanian dengan pola organik.
Dengan wajah berseri Ibu Maria menjelaskan kalau sebelumnya ia dan juga kaum perempuan petani lain di desanya itu selalu dihantui rasa takut bila musim tanam tiba. Takut kalau mereka tidak kebagian pupuk kimia. Ibu Maria mengakui bahwa pupuk kimia sudah mereka gunakan sebelum pola organik ini diperkenalkan oleh Yakines. Bahkan yang terjadi adalah ada banyak petani di desa dan kampungnya itu yang menggunakan pupuk berbahan dasar kimia namun belum tahu apa itu pupuk kimia dan apa itu pupuk organik.
Hadirnya Yakines ini telah membawa angin segar melalui berbagai macam program hingga dapat merubah kebiasaan-kebiasaan lama termasuk juga kebiasaan menggunakan pupuk kimia.
Program pertanian organik telah menjadi salah satu upaya peningkatan produktivitas usaha tani. Salah satunya adalah usaha tanaman jagung yang dimiliki oleh Ibu Maria G. Hauman yang sebelumnya sangat bergantung pada ketersediaan pupuk berbahan dasar kimia.
Perempuan petani yang berasal dari Desa Benteng Ndope menjadi pioner utama dalam menghidupkan semangat bertani secara organik |
Kini Ibu Maria dikenal sebagai petani yang berhasil mengelolah lahan kering dengan menggunakan pupuk organik. Ia telah mendapatkan hasil jauh lebih baik. Ada perbedaan hasil panenan dengan sebelum menggunakan organik dan setelah menggunakan organik. Meskipun diperhadapkan dengan kesulitan dalam mendapatkan air namun ia tidak menyerah. Ia juga merasa bahagia karena pada saat mereka masih menggunakan pupuk kimia tanaman jagung mereka seringkali terserang hama walang sangit.
Selain masalah hama yang sudah mulai teratasi, penggunaan pola pertanian organik ternyata telah membantu Ibu Maria mengurangi biaya mulai dari proses persiapan, penanaman hingga panen. Pertanian organik juga sangat membantu mereka menjaga kesehatan keluarga dan menjamin penghasilan untuk massa depan keluarga.
Berikut Ibu Maria membagikan tips membuat pestisida dan M4 organik menggunakan bahan – bahan yang tersedia di lingkungan tempat tinggalnya. Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan oleh Ibu Maria untuk membuat pestisida antara lain; raut, buah rapin, daun papaya, saong woang, peca mera, saong sensus, saong wora, Lombok, saong keroso dan air. Sedangkan peralatan yang digunakan antara lain ember matex, karung, parang dan pisau. Cara membuatnya, semua bahan yang telah siapkan itu dipotong-potong kemudian dicampur sampai merata. Selanjut dimasukan ke dalam ember matex, dan tuangkan air timbangan ke dalamnya. Untuk setiap ember matex ibu Maria menghabiskan air kurang lebih sebanyak lima puluh liter air. Bahan-bahan tersebut selanjutnya direndam dan ditutup rapat selama 21 hari. Setelah 21 hari rendaman itu sudah bisa dibuka dan digunakan pada tanaman apa saja.
Cara membuat EM4. Sama halnya dengan pestisida, Ibu Maria membuat EM4 dengan mengunakan bahan-bahan yang ada sekitar lingkungan tempat mereka tinggal antara lain; nenas, buah pisang, terasi, air cucian beras, gula pasir, batang pisang. Peralatan yang digunakan dan cara membuatnya sama seperti membuat pestida. Pestisidan dan EM4 organik yang dibuat oleh Ibu Maria sudah mulai diterapkannya di lahan muliknya.
Diakhir kisahnya itu ibu Maria menitipkan pesannya untuk warga desa Benteng Ndope, ‘’Hilangkan ego untuk meraih masa depan yang lebih baik dan sehat. Kita bangkit bersama Yakines. Kapan lagi kalau bukan sekarang. Di mana lagi kalau bukan di sini, di desa kita Benteng Ndope. Siapa lagi kalau bukan kita. Kita kaum perempuan petani.”*
Muhamat Sutar, YAKINES Bawa Harapan Baru Bagi Masyarakat Desa Tiwu Nampar
Menjelang akhir Juli 2023, kami melakukan kunjungan ke desa Tiwu Nampar, seperti yang harus dilakukan di setiap desa dampingan Yakines setia...
-
Sembilanbelas tahun sudah menjajaki kakinya di tanah Manggarai Barat terhitunhg sejak tahun 2024 silam telah banyak menggoreskan kenangan s...
-
Menjelang akhir Juli 2023, kami melakukan kunjungan ke desa Tiwu Nampar, seperti yang harus dilakukan di setiap desa dampingan Yakines setia...
-
Ferdinandus Mau Manu, Koordinatror Program Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES), Labuan Bajo kembali mengulangi apa yang selalu disamp...