Jumat, 18 November 2022
Kisah Perempuan Pejuang Organik
oleh
Emilian Keto
Pada awal tahun 2019 silam, Yayasan Komodo Indonesia Lestari mulai menjejakan kakinya di desa Kembo. Pada tahap awal ini langsung terbentuk enam kelompok tani perempuan. Kepada anggota kelompok tani perempuan tersebut dijelaskan semua perihal program kerja Yayasan Komodo Indonesia Lestari. Salah satu program kerja yang turut diberikan penjelasan pada saat itu adalah tentang pertanian dengan pola organik.
Dalam kesaksiannya Ibu Adel mengakui, pertama kali ia menerapkan organik di lahan sawahnya sendiri, hasil panenan mereka berkurang dari biasanya. Menurunnya hasil panen di lahan sawah mereka itu lebih disebabkan karena mereka baru pertama kali menggunakan pupuk dan pestisida organik. Pada saat pestisida dan pupuk organik tersebut ditaburkan padi di lahan sawah mereka itu baru saja ditanam. Ia beranggapan bahwa ini adalah tahap penyesuaian. Meski hasil panennya berkurang namun Ibu Adel dan suami tidak putus asa. Mereka terus berjuang. Berjuang untuk mempersiapkan pestisida dan pupuk organik.
Pada musim tanam kedua Ibu Adel dan suami kembali menerapkan pola organik di lahan sawah mereka yang seluas dua ribu meter meter persegi dan terletak di persawahan Wae Mose. Berkat semangat dan kerja sama yang baik bersama sang suami, akhirnya Ibu Adel berhasil menghabiskan tiga ratus lima puluh kologram pupuk bokasi, lima puluh litar pestisida organik, lima puluh liter pupuk cair, fungisida sebanyak duapuluh lima liter, dan KCL sebanyak duapuluh lima liter.
Hasil panenan selama mereka gunakan pupuk dan pestisida kimia, hanya dapat diperoleh sepuluh karung gabah. Dari sepuluh karung gabah tersebut setelah dijadikan beras hanya terdapat lima ratus kilogram beras. Sementara hasil yang mereka dapat setelah menggukan pupuk dan pestisida organik mengalami kenaikan berat berasnya. Dengan jumlah gabah yang mereka peroleh delapan karung mereka mendapatkan beras seberat enam ratus lima belas kilogram. dari peningkatan jumalh berat bersih beras yang diperoleh ibu Adel dan suami menyimpulkan bahwa pola organik telah memberikan kualitas beras yang sangat baik. Ini yang menjadi pemicu usaha dari ibu Adelheit sehingga ia bersama suami dan kawan-kawannya terus berjuang menerapkan teknologi pertanian organik di lahan sawah mereka.
Saat ini Ibu Adel dan kawan-kawan mampu melayani pembelian dan pemesanan pupuk dan pestisida organik dengan harga yang sangat terjangkau. Hingga saat ini, ketika pengelamannya ini dibagikan jumlah pupuk dan pestisida organik masih tersedia dirumah kediamannya dan siap untuk dijual. Ia juga melayani pemesanan dalam jumlah banyak sesuai kebutuhan calon pembeli.
Ibu Adel dan suami serta kawan-kawannya masih terus bersemangat untuk mengembangkan pupuk dan pestisida orgnik dengan bantuan peralatan yang ada dan disiapkan secara swadaya. Ibu Adel mengakui bahwa ia bangga telah berhasil menerapkan praktek organik ini. Selain untuk dijual, pupuk dan pestisida organik yang mereka hasilkan tersebut lebih untuk mereka terapkan di kebun atau lahan sawah mereka masing-masing.*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Muhamat Sutar, YAKINES Bawa Harapan Baru Bagi Masyarakat Desa Tiwu Nampar
Menjelang akhir Juli 2023, kami melakukan kunjungan ke desa Tiwu Nampar, seperti yang harus dilakukan di setiap desa dampingan Yakines setia...
-
Sembilanbelas tahun sudah menjajaki kakinya di tanah Manggarai Barat terhitunhg sejak tahun 2024 silam telah banyak menggoreskan kenangan s...
-
Menjelang akhir Juli 2023, kami melakukan kunjungan ke desa Tiwu Nampar, seperti yang harus dilakukan di setiap desa dampingan Yakines setia...
-
Ferdinandus Mau Manu, Koordinatror Program Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES), Labuan Bajo kembali mengulangi apa yang selalu disamp...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar