Selasa, 01 November 2022
Perempuan Pejuang Organik
Pada awal tahun 2019 silam, Yayasan Komodo Indonesia Lestari mulai menjejakan
kakinya di desa Kembo. Pada tahap awal ini langsung terbentuk enam kelompok tani
perempuan. Kepada anggota kelompok tani perempuan tersebut dijelaskan semua
perihal program kerja Yayasan Komodo Indonesia Lestari. Salah satu program kerja
yang turut diberikan penjelasan pada saat itu adalah tentang pertanian dengan
pola organik. Adelheit Nesti Leli atau yang akrabnya disapa Ibu Adel adalah
salah satu perempuan petani yang sangat antusias memberikan perhatian dan
konsentrasinya pada poin pertanian organik ini.
Ketertariaknnya pada pertanian
organik itu kemudian diwujudnyatakan dalam upayanya untuk belajar dan mencari
tahu lebih jauh tentang pertanian dengan teknologi organik. Kepada Ibu Adel dan
kawan-kawan diberikan penjelasan. Selanjutnya kepada mereka juga diberikan
pelatihan dan pendampingan secara langsung oleh pendamping lapangan dari Yayasan
Komodo Indonesia Lestari untuk desa Kembo. Tidak tangung-tanggung ibu Adel,
kemudian mengajak suami tercinta bersama sepuluh anggota kelompok lainnya untuk
sama-sama mengikuti pelatihan yang diberikan saat itu. Pertama kali pelatihan
tersebut berlangsung di kantor desa Kembo. Setelah mengikuti pelatihan bersama,
Ibu Adel dan kawan-kawannya segera melakukan praktek pembuatan pupuk dan
pestisida organik secara mandiri dan menerapkannya di lahannya masing-masing.
Dalam kesaksiannya Ibu Adel mengakui, pertama kali ia menerapkan organik di
lahan sawahnya sendiri, hasil panenan mereka berkurang dari biasanya. Menurunnya
hasil panen di lahan sawah mereka itu lebih disebabkan karena mereka baru
pertama kali menggunakan pupuk dan pestisida organik. Pada saat pestisida dan
pupuk organik tersebut ditaburkan padi di lahan sawah mereka itu baru saja
ditanam. Ia beranggapan bahwa ini adalah tahap penyesuaian. Meski hasil panennya
berkurang namun Ibu Adel dan suami tidak putus asa. Mereka terus berjuang.
Berjuang untuk mempersiapkan pestisida dan pupuk organik. Pada musim tanam kedua
Ibu Adel dan suami kembali menerapkan pola organik di lahan sawah mereka yang
seluas dua ribu meter meter persegi dan terletak di persawahan Wae Mose. Berkat
semangat dan kerja sama yang baik bersama sang suami, akhirnya Ibu Adel berhasil
menghabiskan tiga ratus lima puluh kologram pupuk bokasi, lima puluh litar
pestisida organik, lima puluh liter pupuk cair, fungisida sebanyak duapuluh lima
liter, dan KCL sebanyak duapuluh lima liter. Hasil panenan selama mereka gunakan
pupuk dan pestisida kimia, hanya dapat diperoleh sepuluh karung gabah. Dari
sepuluh karung gabah tersebut setelah dijadikan beras hanya terdapat lima ratus
kilogram beras. Sementara hasil yang mereka dapat setelah menggukan pupuk dan
pestisida organik mengalami kenaikan berat berasnya. Dengan jumlah gabah yang
mereka peroleh delapan karung mereka mendapatkan beras seberat enam ratus lima
belas kilogram. dari peningkatan jumalh berat bersih beras yang diperoleh ibu
Adel dan suami menyimpulkan bahwa pola organik telah memberikan kualitas beras
yang sangat baik. Ini yang menjadi pemicu usaha dari ibu Adelheit sehingga ia
bersama suami dan kawan-kawannya terus berjuang menerapkan teknologi pertanian
organik di lahan sawah mereka. Saat ini Ibu Adel dan kawan-kawan mampu melayani
pembelian dan pemesanan pupuk dan pestisida organik dengan harga yang sangat
terjangkau. Hingga saat ini, ketika pengelamannya ini dibagikan jumlah pupuk dan
pestisida organik masih tersedia dirumah kediamannya dan siap untuk dijual. Ia
juga melayani pemesanan dalam jumlah banyak sesuai kebutuhan calon pembeli. Ibu
Adel dan suami serta kawan-kawannya masih terus bersemangat untuk mengembangkan
pupuk dan pestisida orgnik dengan bantuan peralatan yang ada dan disiapkan
secara swadaya. Ibu Adel mengakui bahwa ia bangga telah berhasil menerapkan
praktek organik ini. Selain untuk dijual, pupuk dan pestisida organik yang
mereka hasilkan tersebut lebih untuk mereka terapkan di kebun atau lahan sawah
mereka masing-masing.*
Emiliana Keto
Pendampinga Lapangan (PL) Yakines
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Muhamat Sutar, YAKINES Bawa Harapan Baru Bagi Masyarakat Desa Tiwu Nampar
Menjelang akhir Juli 2023, kami melakukan kunjungan ke desa Tiwu Nampar, seperti yang harus dilakukan di setiap desa dampingan Yakines setia...
-
Sembilanbelas tahun sudah menjajaki kakinya di tanah Manggarai Barat terhitunhg sejak tahun 2024 silam telah banyak menggoreskan kenangan s...
-
Menjelang akhir Juli 2023, kami melakukan kunjungan ke desa Tiwu Nampar, seperti yang harus dilakukan di setiap desa dampingan Yakines setia...
-
Ferdinandus Mau Manu, Koordinatror Program Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES), Labuan Bajo kembali mengulangi apa yang selalu disamp...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar