Rabu, 20 September 2023

Muhamat Sutar, YAKINES Bawa Harapan Baru Bagi Masyarakat Desa Tiwu Nampar

Menjelang akhir Juli 2023, kami melakukan kunjungan ke desa Tiwu Nampar, seperti yang harus dilakukan di setiap desa dampingan Yakines setiap bulannya. Desa Tiwu Nampar adalah salah satu dari 12 desa dampingan YAKINES. Desa ini terletak di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Desa Tiwu Nampar memiliki empat dusun yaitu ; Mbuhung 1, Mbuhung 2, Mejer dan Lambur. Kunjungan diawali dengan menyambangi kediaman orang nomor satu di desa Tiwu Nampar. Seperti biasanya kami mengunjungi bapak Muhamat Sutar sekaligus melapor diri sebelum melakukan kegiatan kunjungan di desa tersebut.
Terhitung sejak Februari lalu setelah menyampaikan maksud Yakines untuk mendampingi petani perempuan di desa Tiwu Nampar, kami mendapatkan respon yang sangat positif dari kepala desa Tiwu Nampar. Bersama pendamping lapangan (PL) Yakines yang bertugas di Tiwu Nampar, petani di desa ini sudah mulai menanam sayuran dengan teknik organik. Teknik pertanian yang murah namun sangat berkualitas. Teknik pertanian organik menjadi teknik pertanian yang ramah lingkungan. Teknik pertanian organik menggunakan pupuk dan pestisida organik yang dihasilkan sendiri. Untuk mengghasilakan pupuk dan pestisida organik masyarakat Desa Tiwu Nampar terlebih bagi kaum perempuan dampingan hanya memenfaatkan bahan-bahan lokal yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Kegiatan pertanian organik ini ternyata tidak hanya dilakukan oleh para petani di desa tersebut, tapi juga oleh kepala Desa Tiwu Nampar sendiri. Di belakang rumahnya, beliau mulai menanam stek ubi kayu (singkong), kacang panjang, terung, sawi, lombok, pisang, sayur patola dan juga ada tanaman pangan lokal hampir punah, jenis kacang-kacangan yaitu leba. Saat kami mengunjungi kebun yang terletak di belakang rumahnya, beliau mengatakan bahwa jika Yakines tidak datang untuk melakukan pendampingan di Tiwu Nampar, maka pasti setiap harinya beliau tetap menghabiskan sepuluh ribu Rupiah untuk membeli sayuran yang dijual oleh pedagang. Pedagang sayuran itu datang menjual dagangan mereka sampai di wilayah desanya. Sejak pendampingan Yakines ini, sudah dua bulan beliau tidak lagi membeli sayur. Bahkan ada banyak tetangga yang datang ke rumah kepala desa Tiwu Nampar ini untuk minta daun singkong dan beliau memberikannya secara gratis.
Tindakan kepala desa Tiwu Nampar ini, sebenarnya dapat direfleksikan sebagai bentuk teladan yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin. Memang tidak mudah mengubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat di suatu tempat. Tetapi sesuatu yang tidak mudah, bukan berarti tidak mungkin untuk diusahakan. Buktinya, di dusun Mbuhung 1, Mbuhung 2 dan Mejer setelah diberikan pendampingan oleh Yakines dan pembuatan kebun contoh serta pengembangan pertanian organik. Sementara di Lambur sendiri, bulan ini kegiatan pertanian organik akan segera dimulai. Terkait perjalanan pendampingan Yakines sejak Februari 2023, kepala Desa Tiwu Nampar, Muhamat Sutar menyampaikan bahwa agar proses pendampingan di lapangan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan pendamping lapangan tidak sampai cepat menyerah karena satu atau dua keadaan yang terjadi di lapangan. Pasalnya tahun ini mungkin masih sedikit meremehkan program yang ditawarkan oleh Yakines. Muhamat Sutar tetap optimis bahwa program-program Yakines yang bergerak di bidang pertanian organik, UBSP, konservasi mata air dan yang lainnya, akan dapat diterima dengan baik seiring berjalannya waktu. Hal ini terjadi ketika mereka telah melihat contoh keberhasilan program Yakines khususnya di bidang pertanian organik ini, mereka juga akan tergugah. Muhamat Sutar menambahkan bahwa, permasalahan utama di desa Tiwu Nampar adalah ternak besar yang dilpasliarkan. Selain persoalan ternak ada juga persoalan lain yang turut mewarnai peroses pembangunan di Desa Tiwu Nampar adalah ketersediaan air. Ada beberapa dusun yang tidak mengalami kesuliatan air meskipun semikian tetap diperhadapkan dengan persoalan ternak.
Ia tetap bersikap optimis bahwa bila sudah terjadi keberhasilan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat maka akan diikuti juga oleh yang lainnya. Pihak Yakines sendiri terus melakukan pendampingan dengan mendorong petani di Tiwu Nampar untuk mengandangkan ternaknya, membuat pagar, mulai menanam sayur dan jenis pangan lokal terancam punah dengan menggunakan teknologi pertanian organik yang dimiliki Yakines. Harapan terbesar Yakines adalah dengan kerjasama ini, petani perempuan semakin diberdayakan. Dorongan YAKINES ini terus digalakan dan saat ini sudah dimasukan dalam peraturan desa (PERDES) yang difasilitasi oleh YAKINES di semua desa dampingan termasuk Desa Tiwu Nampar. Harapannya dengan adanya peraturan desa yang saat ini sedang dalam proses sosialisasi itu dapat menjamin dan turut mendukung pelaksanaan program YAKINEES di Desa Tiwu Nampar. Salah satunya adalah mengatasi persoalan ternak yang dilepasliarkan. Ditulis oleh Natalia Namang Koordinator Lapangan Yakines (Artikel ini sudah dimuat dalam majalah PATENG EDISI 2023)

Jumat, 15 September 2023

Desa Nampar Mancing Memanggil

Secara topografis desa Nampar Macing berada di Kecamatan Sanonggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Flores- Nusa Tenggara Timur. Desa ini memiliki delapan anak kampung yang terdiri dari kampung Dahot, Pusut, Bibang, Ndiri, Dhange, Wae Munting, Mengkaleng, dan Kampung Limbung. Kedelapan anak kampung itu tergabung ke dalam empat dusun dan 10 RT. Dusun Dahot terdiri atas 2 RT, Dusun Pusut, 2 RT, Dusun Ndiri, 3 RT, dan Dusun Benteng Tado, 3 RT. Jumlah penduduk 2600 jiwa dari jumlah 230 kk yang tersebar di 8 anak kampung. Masyarakat Nampar Macing, sebagian besar berprofesi sebagai petani, baik petani sawah maupun petani ladang. Disamping sebagai petani, mereka juga beternak. Ada sejumlah ternak andalan seperti sapi, kerbau, babi dan kambing. Setiap keluarga tani memiliki jumlah ternak yang bervariasi. Selain bertani dan beternak masyarakat desa Nampar Macing juga menggantungkan hidup mereka pada tanaman komoditi seterti jembu mente, dan kemiri. Selain pohon jambu mente, wilayah desa Nampar Macing juga dihiasi dengan pepohonan mahoni dan jati. Meski memiliki sejuta riak dan pesona yang diyakini mampu mendobrak perekonomian rakyat Desa Nampar Macing, terselip persoalan mendasar yang dipandang sebagai faktor pengganggu. Persoalan ini dapat menghambat proses pertumbuhan ekonomi desa. Persoalan dasar itu ternak yang masih dilepasbebaskan. Ternak peliharaan yang dibiarkan berkeliaran itu adalah ternak milik masyrakat desa Nampar Macing. Jumlah ternak yang dibiarkan berkeliaran itu tidak sedikit. Masyarakat setempat menggantungkan hidup dari penghasilan menjual ternak itu. Sayangnya kesadaran masyarakat peternak untuk mengimbangi jumlah ternak yang dimiliki dengan usaha menanam dan membudidayakan rerumputan yang bisa dijadikan sebagai pakan ternak relatif kecil dan bahkan tidak ada. Sampai rencangan peratruan desa (ranperdes) tentang kedaulatan pangan dibahas di tingkat desa, belum ada kata sepakat yang dihasilkan untuk mengatasi masalah ternak yang dilepasbebaskan.
Persoalan dasar ini menjadi titik perhatian bersama ketika rancangan peraturan desa yang difasilitasi oleh Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES) diselenggarakan. Persoalan ternak topik pembicaraan yang cukup alot. Inilah yang menjadi fokus perhatian bersama. Beraharap bahwa apa yang diputuskan akan menjadi acuan bersama dalam mengatasi persoalan ternak di Desa Nampar Macing. Persoalan lain yang tidak kalah penting untuk diberikan perhatian yaitu, lahan atau sumber pangan yang jauh dari tempat tinggal petani. Jarak antara pemukiman warga Desa Nampar Macing dengan kebun yang mereka miliki cukup jauh. Hal ini menjadi persoalan karena akses jalan menuju lahan. Ini adalah dua dari sekian banyak persoalan yang menghimpit kehidupan masyarakat Desa Nampar Macing. Menghadapi beragam persoalan itu maka pemerintah desa bersama seluruh staff dan BPD serta seluruh elemen masyarakat lainnya, melakukan musyawarah bersama untuk merumuskan rancangan perdes bersama. Rancangan perdes ini langsung difasilitasi oleh Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES). Dari duduk musyawarah tersebut, menghasilkan tiga peratruan desa yakni, perdes tentang kedaulatan pangan, perdes tentang konservasi sumber daya air, dan perdes tentang desa layak anak. Proses sosialisasi di tingkat RT dihadiri oleh semua masyarakat dalam suatu wilayah RT dan ikut memberikan pendapat secara aktif. Kesadaran baru telah ditampakan oleh semua elemen yang ada di Desa Nampar Macing seperti para ketua RT, para kepala dusun serta pengurus BPD yang telah dengan aktif menjadi penggerak utama sekaligus ikut terlibat secara langsung dalam berbagai jenis kegiatan yang ditawarkan oleh Yakines. Kegiatan tersebut diantaranya seperti, pembentukan kelompok dengan kegiatan usaha bersama simpan pinjam yang berupa uang dan beras. Selain itu perangkat desa ini dengan kesadaran dan semangat baru turut menggerakan sekaligus ikut terlibat juga dalam kegiatan konservasi mata air (KMA) yang dilakuakn dengan melakukan penanaman anakan kayu lokal di mata air. Untuk diketahui di Desa Nampar Macing memiliki tiga belas mata air yang tersebar di ke delapan anak kampung.
Kegiatan lain yang turut digerakan oleh perangkat desa ini adalah pengembagan pertanian organik dengan langkah awalnya adalah pembuatan pupuk padat bokasi dan pupuk serta pestisida organik cair. Pembuatan pupuk dan pestisida organik ini menggunakan bahan-bahan lokal yang terdapat di sekitar lingkungan tempat mereka tinggal. Ketiga peraturan desa ini telah memberikan indikasi baik sebagai pengikat yang mempersatukan masyarakat Desa Nampar Macing. Persatuan yang ditunjukan dengan partisipasi aktif masyarakat dalam proses sosialisasi ketiga perdes tersebut. Mereka bersatu padu dalam satu semangat membangun desa ke arah yang lebih baik. Bukti lain yang tampak jelas dari kesatuan yang terjalin itu adalah pembentukan kelompok yang berjalan baik dan lancar. Ada kesadaran baru tentang pentingnya hidup bersama dan berdampingan untuk saling membantu baik secara ekonomi maupun sosial kemasyarakatan. Secara ekonomi, kaum perempuan di desa Nampar Macing secara sukarela mau bergabung dalam kelompok usaha bersama simpan pinjam uang dan beras. Secara sosial kemasyarakatan kaum perempuan di desa tersebut bersama-sama melakukan kerja gotong royong (dodo/julu). Dari proses sosialisasi rancangan peraturan desa yang dilakukan di tingkat RT dan dusun muncul kebersamaan antar lembaga termasuk didalamnya adalah lembaga adat (tua mukang/tua beo). Menjadi suatu kebanggaan bagi pemangku adat karena peran mereka turut diatur dalam rancanga peraturan desa tersebut. Para pemangku adat menjadi pihak pertama yang diatur dalam perdes sebagai hakim pertama dalam proses penyelesaian suatau masalah yang terjadi dalam suatu wilayah kampung. Banyak pemikiran yang dimuculkan agar peran para pemangku adat (tua mukang) ini harus dikedepankan demi terciptanya persaudaraan atau kekeluargaan dalam masyarakat. Para pemangku adat (Tua Mukang) menaruh peran paling pertama dalam upaya penyelesaian suatu persoalan yang dialami oleh warga bila terjadinya pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah tertera dalam peraturan desa tersebut. Peran pemangku adat ini tidak bermaksud menghilangkan peran aparat pemerintah desa.
Sampai saat ini masyarakat desa Nampar Macing, bersama pemerintah desa dan BPD menaruh harapan agar rancangan peraturan desa tersebut dapat segera difinalisasi dan diberlakukan. Hal ini didasari pada harapan besar agar kebiasaan masyarakat yang selama ini beternak secara tradisional dengan melepasbebaskan peliharaan mereka dapat mulai detertibkan atau dikandangkan. Hal ini bertujuan agar masyarakat desa ini dapat mengelolah dan memenfaatkan lahan pekerangan rumah mereka secara baik. Dalam tinjauan, lahan pekerangan warga desa Nampar Macing sebagian besarnya masih dibiarkan terlantar. Hal ini disebabkan oleh maraknya ternak peliharaan yang dibiarkan bebas. Dari ketiga peratruan desa itu telah membangkitkan kesadaran dan semangat masyarakat tentang prinsip-prinsip dasar kedaulatan pangan, mata air dan perlindungan anak. Pemerintah desa dan Yakines memiliki satu tekad dan satu tujuan agar masyarakat desa Nampar Macing, sejahtera dan terpenuhi hak-hak dasar mereka.* Oleh Thomas Simorangkir Pendamping Lapangan (PL) Desa Nampar Macing dan Desa Golo Leleng Artikel ini sudah dimuat dalam majalah cetak PATENG, diterbitkan oleh YAKINES, Labuan Bajo

Rabu, 19 Juli 2023

Menabung adalah Menyisihkan Sejumlah Uang Sebelum Berbelanja

Ferdinandus Mau Manu, Koordinatror Program Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES), Labuan Bajo kembali mengulangi apa yang selalu disampaikan Dewan Pembina Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES), Labuan Bajo oleh P. Simon Suban Tukan, bahwa menabung adalah menyisihkan sebagian dari keseluruhan jumlah uang yang diperoleh untuk disimpan sebelum uang itu dibelanjakan. Menabung sangat penting dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Menabung harus dipororitaskan. Menabung tidak bisa ditunda. Tunda menabung berarti menanti kapan uang yang didapat itu habis terpakai. Jadi menabung harus dijadikan rutinitas yang paling pertama dilakukan bila sudah mendapatkan sejumlah uang. Penegasan terkait kegiatan menabung uang ini disampaikannya di hadapan peserta pelatihan pembukuan usaha bersama simpan pinjam (UBSP) yang dilangsungkan di kampong Namo, Desa Munting, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat pada Minggu, 16 – 19 Juli 2023.
Kegiatan pelatihan pembukuan ini diselenggarakan oleh YAKINES untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan kaum perempuan dari duabelas desa dampingan YAKINES yang tersebar di seluruh Kabupetan Manggarai Barat. Dengan mengikuti kegiatan pelatihan ini diharapkan kaum perempuan yang berprofesi sebagai petani ini dapat mengelolah dan mengembangkan usaha bersama simpan pinjam (UBSP) yang saat ini sedang digalakan disetiap desa dampingan YAKINES. Tercatat sampai kegiatan pelatihan pembukuan UBSP ini terlaksana, kelompok UBSP sudah berhasil dibentuk di semua desa yang sudah mulai didampingi sejak Maret 2023 silam. Melalui pelatiha pembukan ini diharapakan dapat meningkatkan kemampuan dan kapasitas mereka yang dipercayakan sebagai bendahara kelompok UBSP. Kaum perempuan yang telah dipercayakan sebagai bendahara diharapkan akan dapat mengelolah keuangan kelompok dengan baik sehingga kelompok UBSP yang telah dibentuk itu dapat memberikan dampak positif dan membantu meningkatkan perekonomian keluarga dari semua anggotanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ferdinandus Mau Manu menegaskan bahwa YAKINES berjuang untuk mendampingi kaum perempuan dalam membentuk kelmpok UBSP untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian kaum perempuan petani di pedesaan. “YAKINES berjuang untuk membentuk kelompok UBSP ini agar dapat menjadi jalan untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian ibu-ibu semua. Ibu-ibu semua bisa tampil lebih percaya diri. Percaya diri karena memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengelolah keuangan dalam rumah tangga juga keuangan di dalam kelompok.” Tegasnya. Dengan pengelolaan keuangan kelompok UBSP yang baik dapat menjadi solusi untuk mencegah praktek rentenir yang saat ini sedang marak terjadi. Praktek rentenir inilah yang menjadi penyebab terjadinya kemisikinan karena para peminjam biasayanya memberikan pinjaman kepada petani terlebih kepada kaum perempuan di pedesaan dengan bunga pinjaman yang sangat tinggi. Menurut Koordinator Program YAKINES ini praktek rentenir yanng marak terjadi di Kabpaten Manggarai Barat saat ini cendrung memperlakukan kaum perempuan petani di pedesasaan dengan sangat tidak manusiawi. “Sudah dibanyak tempat kami terima aduan dari kaum perempuan bahwa para peminjam uang ini memperlakukan kaum perempuan dengan sangat tidak adil dan tidak manusiawi. Mereka diberikan beban bunga yang tinggi.” Tegasnya. Pada dasarnya praktek peminjaman uang dengan bunga tinggi ini adalah gambaran dari ketergantungan kaum perempuan saat ini pada pemilik uang atau pada orang-orang kaya. Perempuan petani saat ini belum mandiri.
Menurut Ferdianadus Mau Manu UBSP memiliki prinsip dasar dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. Hal ini tidak berlaku dalam praktek rentenir yang sering menyebut diri sebagai koperasi itu. Prinsip para peminjam uang adalah dari mereka, oleh kita dan untuk mereka. “ Kalau dalam UBSP dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. Uangnya dari kita sebagai anggota, anggota sendiri yang mengelolah dengan cara meminjamkannya dan mengolah pinjaman itu secara baik lalu mengembalikannya secara disiplin dan keuntungannya diberikan juga kepada anggota dalam bentuk sisa hasil usaha (SHU). Hal ini tidak berlaku bagi para peminjam uang yang datang ke setiap kampung dan seda kita dengan membawa uangnya. Mereka bisa datang setiap hari atau setiap minggu. Mereka datang dengan membawa sejumlah uang lalu dipinjamkan kepada kita. Kita juga harus mengembalikan dengan bunga pinjaman yang sangat besar untuk menambah kekayaan mereka. Akibatnya aset mereka bertambah dan mereka terus menjadi orang yang kaya raya dan kita sebagai petani hanya tetap sebagai petani tanpa pernah mengalami keamajuan apa-apa. Kita hanya merasakan badan yang sakit dan raga yang semakin hari semakin lemah.” Tegasnya. Masih menurut Ferdinandus, praktek peminjaman uang dengan bunga tinggi ini hanya menjadikan kaum perempuan sebagai mendi (budak). Untuk itu ia menegaskan agar ibu-ibu yang sudah diutus oleh masing-masing desa itu agar dapat mengikuti kegiatan pelatihan ini dengan sungguh-sungguh sehingga dapat memahami dan mempraktekan dikelompoknya sendiri. Selain dikelompoknya masing-masing kaum perempuan yang mengikuti kegiatan pelatihan ini juga dapat berbagi apa yang sudah didapatnya itu kepada sesama anggota lainnya di setiap desanya masing-masing.
Kegiatan pelatihan yang dilangsungkan dalam rumah adat (mbaru gendang) Kampung Namo itu dibuka secara langsung oleh Kepala Desa Munting, Fransiskus Menta. Dalam sambutannya Kades Munting mengungkapkan bahwa kegiatan ini dapat menjadi bekal yang bisa dibawa pulang setelah para peserta kembali ke kampung halamanya masing-masing. “Semoga para ibu yang hadir ini dapat membawa pulang pengetahuannya dalam mengelolah keuangan UBSP ini dan dapat dibagikan kepada semua kelompok yang sudah dibentuk oleh YAKINES di desanya masing-masinng, termasuk juga di Desa Munting sebagai desa tuan rumah kegiatan ini.” Jelas kepala desa Munting. Kepada para peserta yang merupakan utusan dari dari setiap desa dampingan itu diberikan pelatihan untuk memahami secara baik tentang UBSP, azaz dan prinsip dasar ber-UBSP dan tujuan UBSP. Selain itu peserta juga dibimbing untuk memahami tentang pembukuan, system pembukuan, macam-macam transaksi, jenis-jenis transaksi, alur proses transaksi pembukuan UBSP yang dimulai dari buku anggota, buku kas harian, buku bantu kas dan buku rekapitulasi kas sampai pada tata cara dan proses pembagian sisa hasil usah (SHU).*

Muhamat Sutar, YAKINES Bawa Harapan Baru Bagi Masyarakat Desa Tiwu Nampar

Menjelang akhir Juli 2023, kami melakukan kunjungan ke desa Tiwu Nampar, seperti yang harus dilakukan di setiap desa dampingan Yakines setia...